Keringat bercucuran membasahi kaus yang dipakai Mugiono yang mengayuh becak siang tadi. Topi pet hitam yang dipakainya seolah tak mampu menahan teriknya sinar matahari yang sedang memancar terik di atas kepala.
Namun, dengan tetap sigap, lelaki 55 tahun itu mengayuh becak berpenumpang seorang gadis cilik murid SD Patukangan 3 Kendal, Chelsea Nindya Pramesthi. Chelsea adalah putri Bupati Kendal Widya Kandi Susanti.
Sejak tiga bulan terakhir, Bupati Kendal memang memakai jasa Mugiono untuk mengantar jemput anak bungsunya itu. Jarak sekolah dengan rumah dinas bupati, sekitar dua kilometer. “Pagi jam 6.30 WIB saya mengantar ke sekolah Mbak Chelsea, kemudian sekitar jam 13.00 WIB siang kami jemput,” kata Mugiono, Kamis (16/10/2014) siang, sambil mengibas-ngibaskan topinya untuk menghalau udara panas.
Mugiono adalah ayah Raeni, alumnus Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang lulus dengan IPK 3,96. Nah, sejak Raeni dan Mugiono bertemu dengan Widya, beberapa waktu lalu, suami Sujamah (51) itu pun diangkat menjadi petugas antar-jemput bagi Chelsea.
Biasanya, setelah usai mengerjakan tugasnya mengantar Chelsea kembali ke rumah, Mugiono akan kembali ke rumahnya. Namun terkadang, dia pun memilih beristirahat sejenak di halaman rumah Bupati, dengan duduk di bawah pohon mangga yang rindang.
Belum lama ini, Raeni dilepas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama para penerima beasiswa lain untuk bertolak ke London dan mendaftar di perguruan tinggi di sana. Mugiono bercerita, putrinya itu akan kembali ke Tanah Air, Jumat (17/10/2014) besok. Raeni menuju Auditorium Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Selasa (10/6/2014), diantar sang ayah, Mugiyono, dengan becak yang menjadi sumber nafkah keluarga mereka.
Dia mengaku hanya bisa berharap Raeni diterima di London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris.
“Kalau saya berharap, ya, semoga anak saya diterima di sana. Sebab, itu cita-citanya. Dia juga pernah bilang sama saya, kalau diterima, dia bertekad akan menyelesaikan studinya selama 1,5 tahun. Setelah itu, pulang dan mengajar di Unnes. Saya hanya bisa berdoa saja,” ujar Mugiono sambil terus mengibas-ngibaskan topinya.
Raeni sekarang sudah menjadi asisten dosen di Unnes. Semenjak lulus dari kuliah dan mendapat IPK terbaik, kegiatan putrinya itu sangat banyak. Sebab banyak juga sekolah yang mengundang Raeni, untuk menjadi motivator. “Alhamdulillah, Raeni seperti mendapat gunung dan anaknya,” kata Mugiono, dengan tatapan mata yang menerawang jauh....
http://regional.kompas.com/read/2014/10/16/16274761/Cerita.Mugiono.Tukang.Becak.yang.Anaknya.Kuliah.di.London.
0 Response to "Cerita Mugiono, Tukang Becak yang Anaknya Kuliah di London"
Post a Comment