Para Pekerja Seks Komersial (PSK) lokalisasi prostitusi Dolly tidak ambil pusing dengan rencana penutupan yang dimajukan dari rencana semula 19 Juni menjadi 18 Juni mendatang. Mereka tetap menolak penutupan Dolly kapan pun itu dilakukan.
"Dimajukan atau diundur kapan pun, bagi saya tidak penting. Yang penting, saya dan teman-teman yang lain menolak penutupan. Kami akan pertahankan sampai titik darah penghabisan," kata salah seorang PSK Dolly asal Wisma Barbara, Kamis (5/6/2014).
Kata wanita asal Kediri, Jawa Timur, ini hanya di Dolly dia dapat mencari nafkah untuk anak-anak dan keluarganya. Karena itu, dia berharap, pemerintah lebih bijaksana dalam mengambil kebijakan penutupan Dolly.
Langkah pemerintah dalam penutupan Dolly dinilai tidak sesuai dengan asas dan perikemanusiaan karena Pemkot Surabaya tidak pernah bertemu dan berdiskusi dengan warga arti penting penutupan Dolly.
"Berdiskusi dengan warga saja tidak pernah, apalagi menjanjikan memberi kompensasi dan pelatihan," kata Aven, pendamping pekerja Dolly dari Front Pekerja Lokalisasi Surabaya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani memastikan, penutupan Dolly dimajukan dari 19 Juni menjadi 18 Juni. Hal itu karena pada 19 Juni Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri harus mengunjungi Papua, sementara Mensos menjadwalkan hadir di penutupan Dolly.
Pagi tadi, ratusan PSK Dolly, Jarak, dan eks tiga lokalisasi prostitusi yakni Sememi, Moroseneng, dan Bangunsari menggelar aksi menulis untuk mencurahkan isi hati di selembar kertas. Hasil tulisan di kertas itu rencananya akan diserahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Hukum dan HAM.
http://regional.kompas.com/read/2014/06/05/1601213/Kapan.Pun.Gang.Dolly.Ditutup.PSK.Tetap.Menolak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Kapan Pun Gang Dolly Ditutup, PSK Tetap Menolak"
Post a Comment